Tri Agung Kristanto : Jurnalisme pekerjaan kaki, Jangan Gombal, sampaikan kebenaran

JAKARTA | suaramedia.id-Dalam Sesi Webinar pelatihan Jurnalistik di Jakarta yang diadakan oleh Kompas Institute dan di ikuti oleh sekitar 60 peserta, awak suaramedia.id pada Jumat, (9/6/21) yang dimulai pukul, 14.00 WIB, disampaikan bahwa ada 10 (sepuluh) elemen jurnalisme:

pertama adalah kewajiban pada kebenaran kemudian loyalitas kepada warga yang ketiga adalah disiplin untuk verifikasi lanjut yang ke empat adalah menjaga independensi terhadap sumber berita. Kemudian jurnalisme berlaku sebagai pemantau kekuasaan.

Yang keenam jurnalisme perlu menyediakan ruang publik guna kritik maupun dukungan warga.

Selanjutnya jurnalisme harus berupaya membuat hal yang penting, menarik dan relevan. Kedelapan jurnalisme harus menuangkan berita komprehensif dan proporsional. Kesembilan jurnalisme mendukung hati nurani.

Terakhir jurnalisme adalah hak masyarakat untuk turut berkontribusi terkait pemberitaan atau Citizen journalism.

Ditambahkan oleh Agung Kristanto mengutip GP Sindhunata “Wartawan pada awalnya adalah pekerjaan kaki, baru kemudian pekerjaan otak.

Kita hadir di lapangan dan memanfaatkan momen di lapangan, di mana kita harus berhadapan dengan fakta, ketika fakta itu belum tersentuh oleh campur tangan kita, apapun jua. Jujur terhadap fakta, itulah sebenarnya moralitas jurnalistik.

Menggaris bawahi Jurnalisme dasar, Agung Kristanto menyebutkan, wartawan tidak boleh bohong dalam menyampaikan berita. Menambahkan fakta pada kurun waktu 2019, lembaga pengembang dan pengawas media di indonesia, dewan pers menerima hingga 861 aduan masyarakat terkait pemberitaan media massa.

Angka tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya yang ‘hanya’ mencapai 600-an aduan. Ini bisa dijadikan indikator kualitas pemberitaan.

Tingginya pengaduan kasus wartawan ke Dewan Pers, di satu sisi ini menunjukkan semakin meningkatnya kepercayaan publik terhadap mekanisme penyelesaian kasus pers berdasarkan UU Pers, tetapi di sisi lain mencerminkan ada yang perlu diperbaiki dalam jurnalisme, yakni ketaatan terhadap Kode Etik Jurnalistik (KEJ).

Jurnalisme, Jurnalistik, Jurnalis (pengertian) Jurnalisme merupakan kegiatan yang berhubungan dengan mencari dan mengolah informasi untuk disiarkan kepada hal-hal khalayak.

Jurnalisme dalam perkembangannya menjadi profesi yang dilakukan oleh seseorang yang bekerja di media massa. Profesi ini disebut jurnalis atau wartawan.

Jurnalistik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan jurnalisme atau jurnalis. Jurnalisme adalah seni dan profesi dengan tanggung jawab profesional, yang mensyaratkan wartawannya melihat dengan mata yang segar pada setiap peristiwa untuk menangkap aspek yang unik.

Jurnalisme bukanlah tentang menulis saja, melainkan tentang apa sesungguhnya mencari itu dan apa sebenarnya bertanya tentang hal pelik dengan kegigihan. Dalam perkembangannya, kegiatan jurnalistik tak melulu mencari informasi dan menyajikannya kepada publik, tetapi bahkan berkembang menjadi menganalisa dan memaknai kembali fakta dan kebenaran yang dilihatnya, didengarnya, dan dirasakannya.

Jurnalisme tumbuh dan bercabang, seperti jurnalisme data, jurnalisme kebencanaan, jurnalisme presisi, jurnalisme budaya, jurnalisme data, jurnalisme solusi, dan jurnalisme warga.

Unsur berita: 5W+1H.
Dalam perkembangannya 5W+1H tidak cukup, dan ditambah dengan SWGL atau Sumber berita-Wawancara-Gaya Bahasa-Line berita.

Disiplin pada verifikasi tetap menjadi yang utama. Data menjadi kekuatan dan juga pemilihan narasumber. Kelengkapan berita, seperti foto dan grafis tentu akan menambah bobot berita yang disajikan. Rilis pun bisa menjadi berita. Apa yang bisa menjadi berita? Apa saja bisa menjadi berita. Bahkan, kita bernafas pun bisa menjadi berita.

Bagaimana bisa? Berita, sebagai produk jurnalistik, diperoleh dari melihat, mendengar, merasakan, mengalami, dan mengonfirmasi. Tak cukup cover bothsides (dua sisi), tetapi kalau bisa cover allsides (semua sisi). Kata kunci berita itu: penting dan menarik.

Wawancara menjadi salah satu cara mendapatkan berita, tetapi juga bisa dari pengamatan dan pengalaman, yang diperkaya dengan data dan keterangan lain. Menuliskan berita itu gampang. Seperti kata Arswendo Atmowiloto dalam bukunya, menulis itu mudah. Coba curhat, lalu tuliskan. Ikuti hati, dan bergembira, mudah-mudahan menulis pun menjadi lebih mudah, mengalir sampai jauh.

Ada ragam bahasa jurnalistik: menarik, variatif, simpel, segar, berkarakter, lugas, logis, dan kaya akan diksi/kosa kata. Lebih dari itu: selalu membaca ragam artikel dan penulisan.

Ada berbagai jenis berita: 1. straight/hard news (piramida terbalik) 2. soft news (lebih suka-suka menuliskannya) 3. features: (lebih kuat nuansa manusia dan kemanusiaannya) 4. news analysis: (menggunakan analisa intelegensia). dan 5.opini: (pemikiran kita yang lebih bebas dengan tetap mengedepankan unsur berita)

Dalam penutupan sesi, Agung Kristanto menyebutkan bahwa bahasa jurnalistik harus memenuhi sejumlah persyaratan : menarik-variatif-segar dan berkarakter. Namun selain itu juga harus tampil ringkas dan lugas, dinamis dan demokratis juga populis namun logis. Dalam jurnalistik setiap kata harus bermakna dan bertenaga juga memiliki citarasa. Ini dapat membangkitkan daya motivasi, persuasi sekaligus fantasi yang membuahkan daya imajinasi benak pembaca pungkas Agung.

(N.Nurzikri/Foto René A.Da Rin

Facebook Comments
Baca Juga..!  Aksi Damai Puluhan Wartawan dan Advokat LQ Indonesia Lawfirm, Minta Polri Bijak dalam Penerapan UU ITE Terhadap Wartawan