suaramedia.id – Kasus mengejutkan mengguncang Polda Nusa Tenggara Timur (NTT), seorang oknum polisi diduga terlibat pencurian sembilan pucuk senjata api (senpi) dari gudang penyimpanan. Ironisnya, beberapa senpi curian itu ditemukan hingga ke Pulau Dewata, Bali.

Related Post
Kombes Pol Henry Novika Chandra, Kabid Humas Polda NTT, mengungkapkan bahwa aksi penggelapan senpi ini diduga telah berlangsung sejak tahun 2017. "Total ada sembilan pucuk yang disalahgunakan atau digelapkan dari gudang senjata," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (20/10). Pihak kepolisian masih enggan membeberkan jenis senjata api yang dicuri serta identitas oknum pelaku.

Pengungkapan kasus ini bermula dari perintah Kapolda NTT, Irjen Pol Rudi Darmoko, untuk melakukan analisis dan evaluasi pengelolaan senjata api di seluruh satuan kerja wilayah hukum Polda NTT pada awal Oktober. Dari hasil pemeriksaan yang dipimpin Karolog Kombes Pol Aldinan Manurung dan Kabid Propam AKBP Muhammad Andra Wardhana, terungkaplah fakta hilangnya sembilan pucuk senpi.
"Ini berawal dari arahan strategis Kapolda NTT terkait Analisis dan Evaluasi (Anev) pengelolaan senjata api," jelas Henry. Setelah penemuan tersebut, tim gabungan dari Biro Logistik dan Bidang Propam segera dibentuk untuk melakukan penyelidikan mendalam.
Hasilnya, dua pucuk senjata api dinas milik Polda NTT ditemukan di Bali. Pengembangan kasus mengarah pada penemuan tujuh pucuk senjata api lainnya di wilayah Polda NTT. Tim Propam juga berhasil mengamankan seorang oknum anggota Polda NTT yang diduga kuat sebagai pelaku utama pencurian.
Saat ini, Bidang Propam dan Biro Logistik Polda NTT terus mengintensifkan penyelidikan untuk mengungkap seluruh jaringan yang terlibat. "Kami terus mengintensifkan pengawasan internal untuk memastikan setiap aset senjata api dikelola dengan akuntabilitas tinggi," tegas Henry.
Polda NTT berkomitmen untuk menjaga kepercayaan publik dan memastikan seluruh personel serta aset institusi berada dalam koridor hukum. Langkah ini diambil demi mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat yang berkelanjutan di wilayah NTT.










Tinggalkan komentar