suaramedia.id – Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) tak tinggal diam menghadapi ancaman cuaca ekstrem yang diperkirakan melanda sejumlah wilayahnya. Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) pun digulirkan sebagai langkah antisipasi. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim, Gatot Soebroto, menjelaskan keputusan ini diambil setelah Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Related Post
"Koordinasi Ibu Gubernur dan Kepala BNPB menghasilkan keputusan untuk melaksanakan operasi modifikasi cuaca," terang Gatot saat dikonfirmasi, Senin (15/9). Ia juga mengimbau masyarakat untuk rajin memantau prakiraan cuaca. Cuaca ekstrem berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir bandang, tanah longsor, dan angin puting beliung.

"Dengan potensi hujan sedang hingga lebat, warga harus waspada dan rutin mengecek prakiraan cuaca," pesannya.
Sebelumnya, sebagai langkah antisipasi, BPBD Jatim telah menetapkan status siaga di 38 kabupaten/kota. Langkah ini merespon prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda yang menyebutkan potensi cuaca ekstrem di 22 daerah di Jatim. "BPBD Provinsi Jawa Timur menindaklanjuti prediksi BMKG dengan menyiagakan seluruh BPBD kabupaten/kota. Prediksi cuaca bisa berubah, jadi kita siagakan di 38 kabupaten/kota," jelas Penata Penanggulangan Bencana Ahli Madya BPBD Jatim, Sriyono, di Surabaya, Sabtu (13/9).
Sriyono memastikan seluruh peralatan dan logistik telah didistribusikan ke daerah-daerah. Peralatan seperti tenda, perahu, dan kebutuhan makanan telah disiapkan. BPBD kabupaten/kota juga akan siaga 24 jam.
BMKG Juanda memprediksi cuaca ekstrem yang berpotensi memicu hujan lebat, banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, hingga hujan es. Potensi ini diperkirakan berlangsung hingga 17 September 2025. Meskipun Jawa Timur saat ini masih dalam musim kemarau, peningkatan cuaca ekstrem diperkirakan terjadi dalam sepekan ke depan dan berdampak signifikan pada aktivitas masyarakat.
BMKG menjelaskan fenomena ini dipicu oleh gangguan gelombang atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Rossby, dan gangguan atmosfer Low Frequency. Wilayah yang berpotensi terdampak meliputi Bondowoso, Jember, Jombang, Kediri, Batu, Malang, Lumajang, Madiun, Mojokerto, Nganjuk, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Magetan, Ngawi, Ponorogo, Pacitan, Bojonegoro, Tuban, Banyuwangi, dan Trenggalek.
Masyarakat di daerah dengan topografi curam atau bergunung diimbau meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, jalan licin, pohon tumbang, dan berkurangnya jarak pandang.
Tinggalkan komentar