suaramedia.id – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, baru-baru ini melontarkan kritik sekaligus tantangan serius kepada perguruan tinggi di Indonesia, khususnya Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia mendesak kampus-kampus tersebut untuk lebih fokus pada riset pertanian yang berdampak langsung pada kebutuhan nasional, terutama pengembangan bibit bawang putih unggul yang adaptif terhadap perubahan iklim, daripada hanya berkutat pada isu-isu internal seperti ijazah.

Related Post
Dalam gelaran Solo Investment Festival di Solo, Luhut secara tegas mendorong perguruan tinggi di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, seperti Universitas Sebelas Maret (UNS) dan Universitas Diponegoro (Undip), untuk melakukan studi mendalam. Fokus riset yang diminta adalah identifikasi tanah-tanah di ketinggian seribu meter yang cocok untuk budidaya bibit bawang putih berkualitas.

"UGM, jangan soal ijazah melulu aja yang diributin. Kalian bikin studi dong, di mana nih di Jawa Tengah ini tempat kita bisa menanam bawang putih," ujar Luhut, menyentil UGM agar lebih berkontribusi nyata pada ketahanan pangan nasional. Ia menekankan bahwa persoalan bawang putih bukan hanya soal kuantitas produksi, melainkan juga kualitas bibit yang mampu bertahan dan beradaptasi dengan kondisi iklim yang terus berubah. Menurutnya, kampus-kampus besar seperti UNS, Undip, dan UGM memiliki kapasitas akademik yang mumpuni untuk mendukung riset semacam ini.
Tidak hanya mendesak, Luhut juga mengungkapkan bahwa dirinya telah melakukan penelitian mandiri untuk mencari varietas bawang putih baru. Riset yang melibatkan metode genome sequencing ini dilakukan di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara, pada ketinggian sekitar 1.400 meter di atas permukaan laut, bahkan menggunakan dana pribadinya. "Enggak mahal-mahal. Uang kantong saya sendiri kok, paling kuat berapa. Ada profesor-profesor muda kita yang bisa," katanya, menunjukkan komitmen pribadinya dalam upaya ini.
Luhut mengklaim penelitian tersebut telah menunjukkan hasil positif, menghasilkan bibit bawang putih dengan produktivitas yang lebih tinggi. "Mereka buat riset genome sequencing, saya tinggal memfasilitasi mereka. Sekarang sudah sampai pada ujung, mulai produksi jadi bibit yang yield-nya lebih tinggi," jelasnya.
Peningkatan produktivitas bawang putih dalam negeri ini, menurut Luhut, sangat krusial untuk menekan angka impor. Saat ini, nilai impor bibit bawang putih Indonesia mencapai US$770 juta atau setara sekitar Rp12,8 triliun. "Kalau bisa (ditekan) 50 persen bertahap, sama dengan US$350 juta. Itu 4 hampir 5 triliun rupiah," pungkasnya, menyoroti potensi penghematan devisa negara yang signifikan jika perguruan tinggi mampu menjawab tantangan riset ini.










Tinggalkan komentar