Memaknai Yang Belum Merdeka. Oleh : TB Saptani Suria SE, ME.

TANGERANG | BANTEN, suaramedia.id Salah satu point penting untuk menopang kemerdekaan yang berdikari di bidang ekonomi harus di capai oleh bangsa ini bagaimana mempertahankannya.

Kemudian memikirkan untuk melanjutkan tantangan ekonomi kedepan yang sudah tidak lagi berkutat di persoalan kekurangan modal,  banyak sekali ekonomi kita yang terjebak di wilayah eksternal yang pertumbuhannya sangat rendah, serta beresikonya pengaruh global yang menyebabkan ketidakpastian yang terus meningkat.

Rata-rata pembangunan ekonomi hanya di pusatkan pada wilayah pembangunan yang bersifat fisik padahal sejatinya harus berkonsentrasi membangun manusianya yang berkeadialan sosial bagi seluruh rakyat indonesia sesuai amanat UUD 45 (yang asli).

Nawacita di usung seperti mengambang tidak berisi upaya-upaya kemandirian, baik itu di bidang politik, di bidang ekonomi dan di bidang kebudayaan. yang pernah di susun mengenai sembilan agenda ekonomi yang di gaungkan jokowi sejatinya tidak bisa parsial. karena terliat sub dari 9 program tersebut terkadang tidak focus dan tidak utuh yang seringkali menjadi bahan sorotan publik. jika di genjot di kualitas pembangunan manusianya ini bakalan memicu dan meningkatnya produktivitas seperti daya saing, tingkat kreatifitas. jika pembangunan manusianya menjadi titik berat ekonomi yang stimultan dapat di pastikan sedikitnya ada kemajuan untuk bangsa ini.

Dimanapun tempatnya fokus pada daya saing patut di perhatikan untuk pencapaian kemajuan suatu bangsa. mari kita lihat angka peringkat untuk kemajuan ekonomi jika di banding tahun sebelumnya menurun tiga point yang sebelumnya di peringkat 34 sekarang di peringkat 37 dari 140 negara. kita liat juga indikasi kemerosotan ekonomi di bangsa ini adakah penyebab utamanya? ternyata variabel yang paling besar lagi-lagi tidak membangun kekuatan sumber daya manusia akhirnya penurunan di bidang pendidikan dan kesehatan yang menjadi pemicu awal. karena ternyata jika di sandingkan dengan kemajuan bangsa lain khusus di bidang pembangunan non fisik sumber daya manusia di bangsa lain itu lebih progresif.

Baca Juga..!  Aksi Gerakan Solidaritas Masyarakat Tangerang Dukung Perjuangan Masyarakat Rempang

Dalam suasana kemerdekaan ini dua masalah terbesar mengenai pendidikan dan kesehatan seharusanya mendapat perhatian ekstra. lalu jika lamban menunggu peran negara untuk menanggulangi sudah sepatutnya komponen rakyat dari bangsa ini harus lebih progresif dan militan membangun lumbung-lumbung manusia unggul (MAUNG) dalam hal pendidikan dan kesehatan. banyak paket-paket di kabinet kerja pada jokowi mengalami deregulasi mengenai lambannya perbaikan yang khususnya lebih ke iklim dunia usaha. harusnya perbaikan itu di titik beratkan maksimal manusianya yang sendiri yang harus berbenah bukat berkutat di soal regulasi yang menjemukan itu.

Dari sebuah laporan yang pernah di rilis bahwa posisi kita dalam membangun manusianya sangat prihatin. seperti contoh data pada tahun 2012 menyebutkan kita ini bangsa yang pada posisi kluster paling rendah untuk pendidikan. dari sini kita bisa melihat betapa besarnya pekerjaan rumah dalam membangun kompetensi untuk mengejar kapasitas manusianya yang unggul. belum lagi tantangan eksternal (dunia global) terus menerus menyudutkan kita pada posisi marjinal sumber daya. tentu jika pemerintah tidak sanggup dengan tanggung jawabnya yang besar ajak rakyatnya berdialog. jangan malah mengejar pembangunan fisik yang masif sehingga konsentrasi pada manusia yang punya sumber daya hilang begitu saja. ini berbanding terbalik karena situasi ekonomi itu lebih tersedot terlebih dahulu membangun yang tidak kelihatan ketimbang membangun yang bersifat fisik. Diperlukan ada komitmen yang kuat antara pemerintah dan rakyatnya sehingga kalau seperti ini membiarkan kondisi yang terus tidak menentu. akhirnya membuat eskalasi ketidakpercayaan rakyat terus meningkat yang berujung pada perlawanan. pasti masih ada rumusan-rumusan yang jitu tentang kebijakan merdekanya ekonomi yang berdaulat adil dan makmur berbasis kerakyatan dan kreatifitas. sementara gejolak nilai tukar memaksa untuk merubah arah kebijakan fiskal tidak bisa di bendung. andai saja komponen bangsa ini masih ingat dengan yang namanya gotong royong juga amanah yang tercantum di dalam UUD 45 (yang asli) serta pancasila seyogyanya kondisi yang tidak menentu ini perlahan kembali pulih.

Baca Juga..!  Apresiasi Dukungan Para Istri Dalam Tugas, BNN Resmikan Kantor DWP

Jayalah bangsa ku, jayalah rakyatku, mari me-merdeka-kan diri sendiri agar bangsa ini kembali bangkit dari keterpurukan. perkuat wibawa dalam politik jangan adu domba, perkuat berdikarinya ekonomi dengan kreatifitas dan perkuat pribadinya dengan KEBUDAYAAN.
_____________________________
Cuma Dari Rakyat Biasa.

Tubagus Saptani Suria S.E., M.E

Facebook Comments